Xiaomi SU7 Diterpa Masalah Kualitas, Ratusan Pemilik Ajukan Gugatan, Ini Penyebabnya

Tampilan Xiaomi SU7
Tampilan Xiaomi SU7

FaseBerita.ID – Meskipun penjualan mobil listrik Xiaomi SU7 mencatat angka yang mengesankan, kualitasnya justru menjadi sorotan negatif.

Berdasarkan laporan peringkat kualitas kendaraan listrik baterai besar (EV) di Tiongkok untuk kuartal pertama 2025, SU7 menempati posisi terbawah dari 29 model yang diuji.

Peringkat ini disusun oleh China Automobile Quality Network, lembaga resmi di bawah pengawasan China Market Supervision Administration.

Mereka mengumpulkan keluhan dari konsumen mengenai kerusakan dan masalah teknis, yang kemudian diubah menjadi skor penalti. Semakin tinggi skornya, semakin buruk kualitas kendaraan.

Baca Juga: Dimensi Lengkap Samsung Galaxy Z Fold7 Terungkap, Layar Lebih Tipis dan Bezel Lebih Sempit

Xiaomi SU7 mencetak 239 poin penalti, terpaut 56 poin di atas rata-rata untuk segmennya. Sebagai perbandingan, mobil listrik GAC Hyptec GT berada di posisi teratas dengan 149 poin, disusul Voyah Passion (152 poin) dan Avatr 12 (153 poin).

Bahkan mobil listrik dari merek seperti Nio ET7 dan ET9 mencatat hasil lebih baik, masing-masing dengan 183 poin.

Model lain seperti Zeekr 001 dan Lotus Emeya (185 poin), BYD Han (194 poin), serta Denza Z9 GT (214 poin) semuanya berada di atas Xiaomi SU7.

Kontroversi Kap Mesin Karbon Picu Gugatan Massal

Lebih dari 400 pemilik SU7 Ultra dilaporkan tengah bersiap menggugat Xiaomi. Setiap pemilik disebut menyumbang sekitar RMB 3.000 (sekitar Rp8,3 juta) untuk membiayai proses hukum.

Inti dari keluhan mereka adalah kap mesin berbahan serat karbon seharga RMB 42.000 (sekitar Rp73 juta) yang dipasarkan sebagai fitur peningkat performa dengan dua saluran udara fungsional untuk aerodinamika dan pendinginan.

Namun, sejumlah pengguna mengklaim saluran tersebut tidak benar-benar berfungsi. Dalam video yang beredar, tampak bahwa bagian dalam kap serat karbon tidak berbeda dari versi aluminium biasa.

Beberapa pemilik bahkan melakukan pengujian sederhana menggunakan kertas tisu dan blower, yang menunjukkan tidak adanya aliran udara. Hasil pencitraan termal juga tidak menunjukkan perbedaan suhu signifikan.

Xiaomi Minta Maaf, Tapi Solusinya Dinilai Tidak Memadai

Pada 7 Mei lalu, Xiaomi mengeluarkan pernyataan permintaan maaf, mengakui bahwa deskripsi produk mereka kurang jelas.

Perusahaan menawarkan kompensasi berupa 20.000 poin loyalitas dan opsi penukaran kap karbon dengan versi aluminium.

Namun, banyak pemilik yang menolak solusi ini, menilai kompensasi tersebut tidak setimpal dengan harapan mereka terhadap fitur performa yang dijanjikan.

Lebih buruk lagi, waktu tunggu penggantian yang diperkirakan mencapai 30 hingga 40 minggu membuat konsumen semakin kecewa.

“Kami membeli fitur performa, Xiaomi harus membuktikan kalau itu berfungsi atau bertanggung jawab jika ternyata tidak,” tulis salah satu pemilik di media sosial.

Dampak Hukum dan Tantangan Reputasi

Masalah ini menjadi tantangan serius bagi divisi otomotif Xiaomi. Pendiri dan CEO Xiaomi Auto, Lei Jun, bahkan menyebut beberapa pekan terakhir sebagai masa tersulit sejak perusahaan mulai merintis industri otomotif.

Para pengamat industri membandingkan kasus ini dengan insiden serupa yang pernah dialami Avatr, di mana perusahaan melakukan uji publik untuk membuktikan klaim produknya.

Beberapa pihak mendesak Xiaomi agar melakukan verifikasi independen atas klaim fungsi kap mesin tersebut.

Jika hasil evaluasi pihak ketiga menyimpulkan bahwa saluran udara tersebut palsu atau tidak fungsional, Xiaomi berpotensi melanggar hukum iklan Tiongkok yang ketat mengenai klaim promosi menyesatkan.

Baca Juga: Redmi Note 14 Pro+ Hadir dengan Warna Baru: Sand Gold

Isu ini bukan sekadar soal uang ganti rugi, melainkan menyangkut kepercayaan konsumen. Xiaomi, yang tengah mempersiapkan peluncuran SUV YU7 sebagai produk lanjutan, harus berhati-hati agar reputasinya tidak semakin tergerus.

Para analis meyakini bahwa hasil dari polemik ini dapat membentuk standar baru bagi produsen otomotif dalam memasarkan fitur-fitur tambahan yang diklaim meningkatkan performa.

Jika Xiaomi gagal menuntaskan masalah ini dengan transparansi dan akuntabilitas, kepercayaan terhadap merek dan produk mereka bisa terdampak dalam jangka panjang.

Ikuti Kami di Google News:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *