Sidoarjo, faseberita.id – Proses evakuasi korban reruntuhan gedung Pondok Pesantren Al Khozyni di Buduran, Sidoarjo, memasuki babak baru dengan pengerahan alat berat. Lima unit crane mulai dioperasikan pada Kamis (2/10) untuk mempercepat pencarian korban yang diduga masih terjebak di bawah puing-puing bangunan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menjelaskan dalam konferensi pers di Posko SAR Gabungan bahwa keputusan ini diambil setelah melalui serangkaian asesmen dan dialog intensif dengan keluarga korban.

“Kami terus berkomunikasi dengan keluarga santri, membahas apakah sudah saatnya memulai evakuasi menggunakan alat berat,” ujar Pratikno.
Tim SAR Gabungan, termasuk Basarnas, telah melakukan berbagai upaya untuk mendeteksi kemungkinan adanya korban selamat di reruntuhan. Namun, sejak semalam, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.
“Keluarga telah memahami situasi ini dan menyetujui penggunaan alat berat, dengan catatan dilakukan secara sangat hati-hati,” imbuh Pratikno.
Gedung tiga lantai, yang juga berfungsi sebagai musala di asrama putra Ponpes Al Khoziny, ambruk pada Senin (29/9) sore. Saat kejadian, ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di bangunan yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.
Hingga Rabu (1/10) malam, operasi pencarian telah mengevakuasi 108 korban, dengan rincian lima orang meninggal dunia dan 103 lainnya selamat dengan luka-luka. Puluhan orang lainnya masih diperkirakan berada di bawah reruntuhan.
“Mohon doanya agar para korban segera ditemukan, dan keluarga diberi ketabahan menghadapi musibah ini,” pungkas Pratikno. Operasi evakuasi terus berlangsung dengan harapan menemukan korban selamat.








Respon (1)